Hollywood, CIA, & Pentagon
Hollywood
merupakan studio raksasa, pusat industri perfilman dunia. Sedangkan
Central Intelligence Agency (CIA), merupakan dinas intelijen negara AS
yang bermarkas besar secara resmi (karena ada sejumlah markas
clandestine) di Langley. Lantas, adakah hubungan di antara keduanya?
Menjawab pertanyaan ini bukan perkara mudah. Namun di tahun 2003,
Program Discovery Channel pernah merilis satu film dokumenter menarik
berjudul “CIA: Hollywood Spyfi” yang mengisahkan hubungan gelap antara
Hollywood dan CIA. Dalam film dokumenter tersebut diceritakan bagaimana
aneka gadget agen CIA banyak terinspirasi dari film Hollywood. Serial
James Bond, misalnya.
Hubungan Gelap CIA-Hollywood
Ada
artikel menarik yang diturunkan Prespektif (www.irib.ir, Juli 2007)
berjudul “Kolaborasi Hollywood dan CIA”. Artikel tersebut diawali dengan
sebuah pertemuan yang tidak disebut tanggal kejadiannya, antara para
pejabat CIA dengan sejumlah perusahaan film Hollywood, yang dalam
pertemuan tersebut dikatakan menunjuk anggota CIA bernama Paul Barry,
berperan sebagai mediator antara CIA dengan Hollywood.
Berita
yang berasal dari UPI (United Press Internasional) ini secara garis
besar menyatakan bahwa CIA mengingkan Hollywood agar mencitrakan
agen-agen CIA di dalam film-filmnya sebagai orang yang penuh dedikasi,
herois, handal dan berani, tanpa menghilangkan sisi kemanusiaannya. CIA
jelas berkepentingan dengan hal tersebut guna mendongkrak citranya yang
terpuruk dalam penegakan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia.
Juru
Bicara CIA, Paul Gimicliano dalam pertemuan itu membacakan pernyataan
resmi yang menyatakan, program pemantauan langsung CIA terhadap
aktifitas Hollywood dan media Amerika lainnya akan terus berlanjut. Ini
berarti pemantauan yang dilakukan CIA terhadap institusi kesenian AS
tersebut telah lama dilakukan. CIA sudah lama menyusupkan agen-agennya
dalam industri film, pers, dan media massa lainnya di Amerika dan juga
negara-negara yang dianggap penting, guna memuluskan ambisi imperialisme
AS sebagai The New Pax-Romana.
Khusus
untuk Hollywood, Washington melihat kemampuan studio raksasa ini yang
sangat besar untuk menyebarkan nilai-nilai Amerika, ke seluruh penjuru
dunia. Hollywood harus mampu menyebarkan The American Dreaming tentang
“Kebebasan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia” yang seluruhnya mengacu
pada pola hidup dan pola pikir masyarakat Barat.
Agenda
tersembunyi ini sesungguhnya bisa dilihat dari pesan-pesan yang ada di
banyak film produksi Hollywood. Simak saja misalnya seri film Delta
Force di tahun 1980-an yang dibintangi aktor Chuck Norris, yang selalu
saja menjadikan kaum Yahudi sebagai manusia pilihan dan hero, sedangkan
orang Islam—dalam film ini digambarkan sebagai orang-orang
Arab—merupakan orang-orang yang biadab, tak tahu etiket, suka main
perempuan, dan teroris.
Atau
simak aksi Sylverster Stallone dalam Rambo dan sekuelnya. Bagaimana
seorang veteran tentara Amerika sanggup mengobrak-abrik markas pasukan
Soviet atau Vietkong sendirian. Inilah The American Dream.
CIA
menjadikan film-film Hollywood sebagai bagian dari promosi kehebatan
Amerika. Dalam ilmu militer, CIA telah menjadikan Hollywood sebagai
bagian dari Psy-war Unit, yang diharapkan mampu membuat gentar
musuh-musuhnya dan membuat segan para sekutunya.
Pentagon Runs Hollywood
Selain
keterlibatan CIA, Pentagon ternyata juga memiliki hubungan kerjasama
dengan Hollywood. Harian Swedia, Hallandsposten, terbitan 26 Maret 1999,
merilis sebuah berita terkait berjudul “Pentagon Runs Hollywood”.
Artikel ini disalin lagi oleh Wes penre dalam situsnya pada tanggal 30
Maret 1999 dengan judul yang sama. Kisahnya tentang campur tangan
Pentagon sebagai Markas Besar Angkatan Bersenjata AS ke dalam industri
perfilman Hollywood.
Seperti juga
dengan CIA, Pentagon juga memanfaatkan Hollywood untuk mendongkrak
citranya ke seluruh dunia bahwa militer AS adalah yang angkatan
bersenjata yang tercanggih dan terkuat di dunia. Dan ini memang benar
adanya.
Selain untuk menaikkan
citra institusionil, Pentagon juga ingin agar Hollywood mencitrakan
sosok tentara Amerika sebagai tentara yang tidak terkalahkan dalam segi
apa pun. Pentagon ingin agar dunia tahu bahwa tentara Amerika merupakan
super hero, paling profesional, terkuat, paling pemberani, paling
disiplin, paling demokratis, paling tangguh, paling perkasa, paling
ulet, dan paling-paling lainnya. Yang belakangan inilah yang sama sekali
tidak benar.
Di Irak saja, ada
banyak tentara AS yang menderita depresi, bahkan melakukan bunuh diri,
karena tidak tahan dengan tekanan saat bertugas di medan laga yang
kering dan gersang. Jika kita menonton film-film underground Barat
sendiri atau melihat tayangan berita yang disiarkan Al-Jazeera misalnya,
ada banyak tentara AS yang menjerit-jerit ketakutan atau bahkan
menangis karena rindu kampung halaman. Film dokumenter Fahrenheit 911
garapan sutradara AS Michael Moore juga memperlihatkan yang demikian.
Jadi janganlah kita membayangkan sosok tentara AS seperti John Rambo,
yang mampu sendirian masuk ke markas musuh dan menghancurkan semuanya.
Menariknya,
campur tangan Pentagon ke dalam lingkup kerja Hollywood bukan cuma
sebatas suggestion atau anjuran, melainkan terlibat langsung. Misalkan
dalam penilaian terhadap skenario, setting panggung, hingga penyeleksian
calon pemeran utama. Militer AS memang memiliki lembaga khusus yang
bertugas menjembatani antara kepentingan angkatan bersenjata AS dengan
film-film yang akan diproduksi Hollywood.
Di
sisi lain, film-film Hollywood yang mengambil setting militer AS dan
sejenisnya memang menjadi salah satu genre yang paling diminati
penonton. Sebut saja Saving Privat Ryan, Top Gun, Platoon, Hamburger
Hills, SWAT, We Are Soldiers, Pearl Harbour, Band of the Brothers, Full
Metal Jacket, Patton, Black Hawk Down, Glory, The Caine Mutiny, Letters
From Iwo Jima, The Great Escape, The Dirty Dozen, A Bridge to Far, dan
lainnya.
Dari Rudal Hingga Pesawat Jet
Salah
satu kerjasama antara Hollywood dengan Pentagon dalam produksi film
adalah dalam penyediaan persenjataan dan alat-alat tempur, selain
tentunya teknik dan strategi peperangan. Dalam film Top Gun yang
dibintangi Tom Cruise misalkan, Pentagon meminjamkan pesawat jet F-16
dan juga pilotnya sebagai stuntman. Dalam ‘Blackhawk Down’, Pentagon
malah mengirimkan ratusan personel marinir betulan untuk ikut sebagai
pemain.
Pentagon memandang,
film-film bertemakan perang dan sejenisnya mampu memompa semangat korps
angkatan bersenjata AS. Selain itu, Pentagon juga ingin agar dunia tahu
bahwa persenjataan dan personel tentara AS merupakan yang terkuat di
dunia. Film Hollywood dianggapnya sebagai bagian dari semacam Psywar
Unit.
Bisa jadi, disebabkan
adanya kerjasama itulah ketika kemarin Rezim Bush tengah mengincar Iran,
tiba-tiba muncul film “300″ yang sangat merendahkan peradaban dan
martabat bangsa Persia.
0 komentar:
Posting Komentar